Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setelah Debat Pilgub Babel, Ternyata inilah Hasilnya



Debat Pemilihan Gubernur Bangka Belitung (pilgub Babel) di Novotel 11 Januari kemarin seyogyanya mampu memberikan perspektif bagi masyarakat untuk menilai calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Bangka Belitung untuk periode pemerintahan 2017-2022 nanti. Tentu saja, debat sebagai bagian dari kampanye politik memainkan peran penting dalam hal ekspose ketangguhan empat paslon bagi para kandidat. Sebaliknya bagi para pemilih, debat kandidat  sebagai media komparasi masing-masing kandidat sebelum mereka mencoblos pada 15 Februari 2017 nanti.


Tahun ini tampaknya pilgub Babel tetap meriah sebab ada empat pasangan calon yang akan berlaga yakni : Yuron Ihza berpasangan dgn Yusroni yazid pada nomor urut satu, Rustam Effendi berpasangan dengan Irwansyah nomor urut dua, Hidayat Arsani dan Sukirman dengan nomor urut tiga, dan terakhir Erzaldi Roesman yang bersanding dengan Abdul Fatah pada nomor urut empat.

"Debat kemarin setidaknya memberikan peta informasi baru untuk perlu dikemukakan dalam analisa sepintas berikut ini"

Analisa pertama, hampir semua kandidat mempunyai pengalaman yang sama dalam bidang pemerintahan dan tokoh yang lama dikenal dalam dunia perpolitikan Bangka Belitung. Enam diantara delapan kandidat adalah mereka yang aktif dan ada yang mantan birokrat seperti Gubernur, Wakil Gubernur, Walikota dan Bupati di daerah Bangka Belitung. Jadi bisa disimpulkan bahwa hampir semua kandidat mempunyai pengalaman yang sama di birokrasi pemerintahan daerah. Ini menjadi jaminan bahwa administrasi pemerintahan akan berjalan lancar tanpa kendala pada kekurang cakapan kepala pemerintahan.

Analisa kedua, pilgub Babel akan berjalan damai. Ini termasuk sangat baik dibandingkan dengan Pilgub DKI Jakarta dengan kompetisi yang super ketat sehingga riskan pada gejolak politik. Kandidat gubernur, Ahok (Basuki Cahaya Purnama) berada pada level magnitude yang tinggi bahkan melibatkan tokoh –tokoh politik nasional. Adapun di Bangka Belitung, tak begitu tinggi magnitude nya. Tokoh nasional yang datang pun adalah Yusril Ihza Mahendra.

Analisa ketiga, mayoritas tema yang diperdebatkan adalah tema yang urgen dan favorit, terutama tingkat inflasi yang tinggi di Bangka Belitung. Saya pikir persoalan ini adalah klasik sebab jamak diketahui, harga sayur pun termasuk mahal di pulau Bangka Belitung. Selain sebagai provinsi kepulauan, yang bergantung pada lalu lintas laut dan udara dalam transportasi barang-barang sehingga berpengaruh pada harga jual, masyarakat petani di Bangka Belitung tak terbiasa bertani sayur. Sayur cuma ditanam secara ala kadarnya pada area kosong antara tanaman lada. Ini pekerjaan rumah bersama terutama pada Gubernur yang terpilih.

Jawaban yang menarik disampaikan Hidayat mengenai isu kenaikan ini,
“Gampang prof, kecil itu prof, pertama semua pelabuhan kita hidupkan tidak ada pelabuhan mati. Memberikan pelayanan ke petani dengan cara pupuk gratis bibit unggul supaya petani hebat, semua pabrik kita bangun. Mengurus pabrik tidak perlu pakai duit, gratis yang penting rakyat hidup. Selesai, sama seperti saya dan pak Rustam dulu, tidak perlu pakai target. Kelautan perikanan kita bangun dengan bagus supaya bisa ekspor dan ikan di lokal kita akan murah. Cukup tiga, selesai negeri ini,” tegasnya. (sumber http://babelpos.co/index.php/saling-serang-inflasi-jadi-topik-utama/2/)

Analisa keempat, sebagian besar kandidat tampaknya susah berpisah dari tambang timah sebagai bagian dari lokomotif pembangunan. Berdasarkan pemantauan secara ringkas, masing-masing kandidat belum ada yang benar-benar tegas menolak pertambangan. Berbicara isu pertambangan adalah menarik dan penting, sejauh mana gubernur terpilih nanti memahami proses transisi era tambang ke era pertanian dan pariwisata.

Gubernur yang terpilih nanti bukan tidak mungkin akan mewarisi efek kebijakan pro tambang dari pemerintahan sebelumnya. Ketidak becusan tatakelola pertambangan di Bangka Belitung sudah mengakar jauh. Untuk itu diperlukan keberanian besar dan daya kreatifitas yang tinggi untuk menghadapi era pasca timah tahun-tahun mendatang.
Menarik diungkap oleh bupati Bangka, Tarmizi yang mengatakan sebagai provinsi daerah kepulauan bidang pariwisata dan pertanian diprioritaskan, beliau mengharapkan agar jangan lagi berpikir tambang.

"Kalau masih ada silahkan tapi kalau berpikir tambang sama dengan membuat kuburan kita ke depan," ungkap Tarmizi. (Bangkapos.com)

Ucapan bupati Bangka ini saya pikir cukup beralasan. Sebab beliau tahu benar kondisi pasca tambang dan permasalahan tambang terkini.

Analisa kelima, pada kemasan debat itu sendiri. Informasi seputar Debat Pilgub tidak merata. Hal ini dikarenakan tidak dimanfaatkannnya media sosial. Saya yakin sebagian besar masyarakat melewatkan acara debat kandidat ini, meskipun disiarkan langsung oleh TVRI babel, namun tak menjamin semua pemilih punya waktu luang pada saat itu.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Komisi Pemilihan Umum Daerah Babel untuk bagaimana menerapkan pola komunikasi digital. Diharapkan pesan politik tersampaikan secara massif dan merata seiring semakin tingginya tingkat melek digital bagi kalangan muda di Bangka Belitung. Contoh kecilnya, bisa menggunakan media Youtube untuk mengupload pesan politik terutama debat kandidat kemarin sehingga masyarakat bisa menontonnya kapanpun mereka mau.

Saya pikir demikian catatan atau analisa singkat mengenai debat tempo hari, semoga pada Debat kandidat selanjutnya pada 15 Januari nanti di Belitong, masing-masing kandidat tampil maksimal dan mampu merayu pemilih nantinya. Untuk detail mengenai debat dapat dibaca pada laman berikut ini. #Saling Serang, Inflasi JadiTopik Utama