Bukan tentang Jokowi atau KMP, ini tentang Saya dan Harapan
Well, sekarang sudah Januari 2014. Berdasarkan kalender
Masehi ini, saya sudah sukses lewati tahun 2014 dengan sejumlah capaian-capaian
tertentu. Saya tidak mau bilang berhasil atau gagal, sebab penyematan itu
berarti final. Saya rasa tidak ada final, sebab sekali lagi, ini adalah sebuah
proses. Capaian-capaian itu adalah langkah-langkah tertinggi yang bisa saya
lakukan tentu saja. Yah, tertinggi yang bisa saya deskripsikan bagi segala hal
selama tahun lalu.
Lantas pertanyaannya, apa capaian tertinggi dari kehidupan
saya tahun lalu. Saya ingin berkata jujur kepada anda, tanpa ada maksud narsis
atau menjuah-juah kepada anda. Saya cuma ingin menuliskannya untuk saya
pribadi, sebagai catatan harian saya dalam online version nya. Jika nanti, anda
beroleh manfaat, tentu saja saya merasa bersyukur dan berharap anda lebih dari
saya.
Pertama, saya resmi menjadi seorang ayah bagi dua orang anak
kembar. Putri-putri saya itu lucu dan menggemaskan sekarang. Usianya sudah
sebelas bulan. Mereka sudah bisa rodaan, nakal, berbicara meski dalam kosakata
terbatas, rasa penasarannya tinggi, sehat-dan semoga selalu diberikan kesehatan,
dsb. Saya bisa merasakan menggenggam dan mengurus mereka dari bayi, merasakan
tangan mungil dan halus itu. Bergantian bergadang. Bergantian mengganti popok
dan menarik ayunan. Membawa ke dokter anak. Semoga mereka selalu dalam
lindungan_Nya dan dikaruniahi kecerdasan ke kebaikan. Lima bulan saya harus meninggalkan
mereka. Sekarang saya bisa merasakan betapa rindu itu semakin kuat dan kuat
tiap harinya.
Iya, saya meninggalkan mereka pada usia lima bulan karena
kini saya melanjutkan studi Master di Arkansas US. Ini menjadi capaian kedua
saya dalam tahun 2014. Keberhasilan melanjutkan studi bagi saya pribadi tidak
la gampang. Sebab, selain kendala ekonomi, waktu, tenaga saya juga harus
melanjutkan studi pada program yang cuma tersedia di pulau Jawa saja. Saya
memang berniat menyelaraskan strata satu dan dua, lulusan jurnalistik yang
master nya haruslah jurnalistik. Agar, pengetahuan saya makin berkembang dan
dalam.
Saya bersyukur tentu saja kepada Allah SWT yang memberikan
saya kesempatan. Doa ibu yang tiada putusnya bagi kehidupan saya. Serta ikhtiar
dan keyakinan yang saya sertakan dalam usaha itu. Menjadi penerima beasiswa
Fulbright adalah kesempatan emas bagi saya setelah berulang kali menyebar
aplikasi ke sejumlah pendonor semacam ADS dan USAID. Ada dua orang penerima
beasiswa ini dari Bangka, yakni saya dan Hafniliana, seorang guru yang
berdedikasi tinggi dalam pengajaran Bahasa Inggris. Kapan-kapan saya akan sharing
pengalaman mendapatkan beasiswa ini.
Capaian tertinggi lainnya, saya cukup berhasil mendirikan
studio usaha atas nama saya pribadi, aksanfoto. Saya belajar mengembangkan
keahlian dibidang fotografi dan desain agar profitable. Alhamdulillah sudah balik
modal. Meskipun pada akhirnya bisnis itu tidaklah berkelanjutan. Saya pikir
sebagai sebuah awal bisnis, jatuh untuk kesekian kali adalah keniscayaan. Saya ambil
sisi positifnya saja. Untuk awal dari belajar bisnis, menceburkan diri ke dalam
wirausaha. Belajar berenang meskipun harus tenggelam. :-D
Capaian lainnya makin merasa dewasa. Ini susah untuk
ditentukan indikatornya. Saya secara pribadi merasa seperti itu. Makin teratur,
berfikir logis dan panjang, dan lebih umum. Ini tentunya tak bisa anda jadikan
rujukan. Karena ini tentang perasaan saja. Saya pikir wajar saja di usia yang
kepala tiga ini, harus lebih banyak dewasa dan memikirkan juga hal-hal yang
berhubungan dengan orang banyak.
Karena itulah, saya kemudian merasa bahwa niatan untuk
semakin banyak memberi bagi orang lain harus saya ikrarkan lebih dalam di tahun
ini dan mendatang. Saya selalu berfikir untuk selalu memberi. Saya mencoba “memberi
ilmu” baik ketika di komunitas pecinta alam ataupun fotografi di lingkungan
saya. Saya mencoba untuk memberi meski kecil tentang jurnalistik kepada
mahasiswa ataupun para pemuda. Saya selalu menyatakan dalam hati dan
menguatkannya bahwa, keberhasilan bagi saya adalah mampu memberi manfaat bagi sesama.
Melalui itu ada perubahan positif. Saya tak mau tentang pencapaian personal,
sebab itu pada dasarnya adalah jembatan bagi pencapaian sosial.
So, di tahun-tahun mendatang, saya mencoba untuk menjadi
pribadi yang lebih memberi manfaat. Sebagai catatan, bBentuknya bisa
macam-macam, bagi saya tidak harus menunggu pencapaian personal, sebab bukankah
sedekah pun bisa dengan senyuman. (aksansanjaya)
Posting Komentar untuk "Bukan tentang Jokowi atau KMP, ini tentang Saya dan Harapan "