Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Angin Barat Januari

Yah…waktu adalah ketika ini
Jauh sekali bila berhitung lama
Purnama pun melintas untuk kali kesekian
Anak cucu telah beranjak untuk merangkak di lorong kursi

Memang..kemeja telah pudar warnanya
Untuk mengira-ngira berapa kali kita ke kali
Untuk mencuci di atas bebatuan
Meski airnya keruh dan ikan tanah pun berubah putih

Pasti..ia telah menyejarah hampir lapuk
Kusam yang berdebu
Angin barat menyapunya terbang entah kemana
Ia telah luluh lantak berserakan
Semacam bekas peperangan saudara yang tak kunjung usai
Memori kita tinggal puing…sayang ku
Seperti kota tua itu…ditinggalkan


Pernahkah ?
Dada kita menjadi remuk redam
Menghangat yang membenci bukan gairah
Kata-kata yang tercekat di ujung tenggorokan
Nyaris tersebut, namun pudar tertelan ludah pahit

Pernah.. kita mencoba berdamai
Dengar hati kecil yang memang tak bisa berbohong
Sebersit cinta itu bagai setitik noda
Tak bisa hilang

Yah..waktu melangkahi tawa kita
Sejenak jenaka musnah ditimpa kebencian
Dalamnya tak berperi

Sayang ku..waktu adalah masa ini
Kota kita tak benar-benar luluh
Ia memang sunyi…sendiri
Menyepi tapi tak menunggu mati

Antara kau dan aku..
Masih memegang kendali…
Meski tak tahu kapan akan kembali…
Bisa jadi kita kembali
Suatu saat nanti dengan kesahajaan dan senyum murni

Yah.. itu pasti..sayangku

[aksansanjaya]

Posting Komentar untuk "Angin Barat Januari"