Selamat Berlebaran 1 Syawal 1431 H
Saya menjadi teringat ketika lebaran bermakna ceria, yaitu bertamu atau namu dan pistol mainan berpeluru. Lebaran juga mengingatkan pada baju baru dan hari libur. Itu dua puluh tahun lalu. Ketika lebaran, Idul Fitri dimaknai secara berbeda dan berubah-ubah. Menginjak ABG, lebaran berarti safari ke rumah perempuan-perempuan cantik (versi sendiri). Masa-masa kuliah berarti tiket kapal dan tanggal keberangkatan untuk pulang kampong. Maklum, ketika itu kuliah jauh di Jawa.Sekarang lebaran bisa berarti dua hari libur saja, tanpa embel-embel baju baru dan tiket kapal muat itu. Tidak untuk merendahkan nilai dari hari kemenangan ini, namun sekali dua ia pernah bermakna seperti diatas. Jika tidak dikatakan tragis, bisa disebut ini dari hasil berpuasa yang hampa sahaja. Tak bermakna ketika Syawal menjelang.
Padahal bagi sejumlah umat Islam, Ramadhan seperti dinanti. Bulan yang dirindui untuk dicumbui. Ketika amal dihitung lebih tinggi dan doa seolah dekat kepada_Nya. Pantas bila, ada yang menangis ketika Ramadhan lepas tahun ini, sebab belum tentu tahun depan bisa berjumpa.
Ketika lebaran, bermakna seperti hari libur sahaja, tentu tak bisa dipungkiri Ramadhan sebatas ritual saban tahun. Dan tiba hari kemenangan, ia menjadi bertamu tapi hampa. Seperti hari yang kosong di bulan yang senyap.
Mengukur Iman kadang memang tak bisa tepat dan terus naik. Ia kadang terombang ambing diterpa keadaan, biasa dimaknai godaan. Benar, sebab nafsu memang menjadi pemicu dari segala hal yang buruk. Ini nafsu dalam pengertian sempit.
Mengukur kualitas pribadi memang tak mudah. Ini mengapa, ketika shalat Ied, ramai yang datang, meluap hingga ke lapangan parkir. Sedang pada sholat Jum’at, ia mengerucut ke depan. Menyepi. Kita sering terpaku pada ritual, namun kosong di hati.
Lebaran tahun ini, seperti awal yang baru. Bukan sebatas hari libur dan ritual bertamu saban tahun. Namun lebih dari itu. Sebuah hari yang memang hari kemenangan. Sebuah hari ketika kita merasa, telah melakukan yang terbaik ramadhan lalu. Ada senyum di hati kecil. Tanpa merasa kosong.
1 Syawal 1431 H. Lebaran bagi kita semua. Mudah-mudahan bisa berjumpa lagi di tahun depan. Selamat lebaran. (Aksansanjaya)
Padahal bagi sejumlah umat Islam, Ramadhan seperti dinanti. Bulan yang dirindui untuk dicumbui. Ketika amal dihitung lebih tinggi dan doa seolah dekat kepada_Nya. Pantas bila, ada yang menangis ketika Ramadhan lepas tahun ini, sebab belum tentu tahun depan bisa berjumpa.
Ketika lebaran, bermakna seperti hari libur sahaja, tentu tak bisa dipungkiri Ramadhan sebatas ritual saban tahun. Dan tiba hari kemenangan, ia menjadi bertamu tapi hampa. Seperti hari yang kosong di bulan yang senyap.
Mengukur Iman kadang memang tak bisa tepat dan terus naik. Ia kadang terombang ambing diterpa keadaan, biasa dimaknai godaan. Benar, sebab nafsu memang menjadi pemicu dari segala hal yang buruk. Ini nafsu dalam pengertian sempit.
Mengukur kualitas pribadi memang tak mudah. Ini mengapa, ketika shalat Ied, ramai yang datang, meluap hingga ke lapangan parkir. Sedang pada sholat Jum’at, ia mengerucut ke depan. Menyepi. Kita sering terpaku pada ritual, namun kosong di hati.
Lebaran tahun ini, seperti awal yang baru. Bukan sebatas hari libur dan ritual bertamu saban tahun. Namun lebih dari itu. Sebuah hari yang memang hari kemenangan. Sebuah hari ketika kita merasa, telah melakukan yang terbaik ramadhan lalu. Ada senyum di hati kecil. Tanpa merasa kosong.
1 Syawal 1431 H. Lebaran bagi kita semua. Mudah-mudahan bisa berjumpa lagi di tahun depan. Selamat lebaran. (Aksansanjaya)
Posting Komentar untuk "Selamat Berlebaran 1 Syawal 1431 H"