Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makanan khas bangka Belitung, Lempah Kuning Simbol dan Makna ala Cepat Saji

Masakan Khas Bangka Belitung Lempah Kuning
Masakan Lempah Kuning Khas Bangka Belitung

Berbicara mengenai makanan khas Bangka Belitung pastinya akan mendeksripsikan ragam masakan yang cocok untuk lidahnya orang Bangka dan Belitong itu sendiri. Kuliner- sebutan khas ketika berbicara soal masakan-bagi orang Bangka Belitung terutama pada masyarakat Bangka penulis simpulkan adalah sebuah budaya lokal yang tak luput dari konteks masyarakat penambang. Segala budaya yang ada di pulau Bangka dan Belitung pada prinsipnya pun tak lepas dari konsep masyarakat Penambang hingga kini.

Salah satu masakan khas Bangka Belitung yang sangat populer adalah Lemah Kuning. Penganan berbahan dasar ikan laut atau ikan darat (air tawar) ini sangat familiar tersaji di meja makan masyarakat Bangka. Ramuan bumbu utama Kunyit dengan asam jawa, terasi, kemiri dan sensasi cabai membuatnya khas dengan rasa asam pedasnya.

Sebagai pamungkas, potongan buah Nenas (Nanas), Timun atau Bijur (Ubi jalar) terkadang disertakan dalam racikannya. Alhasil rasa akhirnya ada asam, manis dan gurih seperti umami. Sehingga, Lempah Kuning sebagai makanan khas Bangka Belitung memiliki rasa khas yang membedakannya dengan racikan masakan berbahan kunyit lainnya pada sejumlah daerah di Sumatera atau daerah di Indonesia lainnya.

Sehingga wajar bila kemudian Lempah Kuning ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Selain kekhasan rasanya, jika ditelaah lebih mendalam Lempah Kuning sebagai masakan khas Bangka Belitung juga memiliki makna-makna simbolik sebagai sebuah produk budaya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh dosen Stisipol Pahlawan 12 Sungailiat Bangka, ditemukan bahwa Lempah kuning memiliki simbol atas rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Sebagai sebuah kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Bangka dalam memenuhi kebutuhan jasmaniah.

Selain hal itu peneliti dari Universitas Bangka Belitung, juga mengungkapkan bahwa penggunakan kunyit untuk menciptkan warna kuning keemasan merupakan wujud bahwa Lempah kuning adalah simbolisasi kekayaan, kebahagiaan dan kejayaan.

Ahmad Elvian, salah seorang sejarawan Bangka Belitung juga mengungkapkan bahwa Masakah Lempah kuning adalah ciri kearifan lokal yang terwariskan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun yang menganung nilai-nilai kesejateraan lahir batin bagi masyarakat dan alamnya.

Masakan berawal dari Era Pertambangan

Dengan demikian, penulis juga berpendapat bahwa Lempah Kuning pada dasarnya adalah produk dari sebuah masyarakat khas pertambangan. Selain itu Hipotesa ini penulis sandarkan pada era dimana peradaban dunia mengenal Perunggu atau zaman perunggu dimana periode peradaban yang ditandai dengan adanya ketrampilan melebur tembaga dengan timah sekira 2100 sd 1200 SM. Zaman perunggu ini berada setelah zaman batu, sebelum nanti beralih ke zaman besi.

Artinya pada masa itu, di pulau Bangka sudah ada aktifitas pertambangan timah, toh bukti arkeologis juga mengungkapkan bahwa prasasti Kota Kapur bertahun 686 Masehi sebagai simbol penaklukan Kerajaan Sriwijaya terhadap Bangka. Penaklukan ini pun tak bisa dilepaskan pada upaya Sriwijaya menguasai sumber daya alam Timah yang begitu melimpah.

Oke, lalu apa hubungannya dengan Lempah Kuning sebagai masakah khas Bangka Belitung. Disini penulis berhipotesa bahwa klaim Lempah Kuning sudah berabad-abad menjadi kuliner utama masyarakat di Bangka adalah fakta yang tak terhindarkan. Toh, penelitian pada masyarakat Suku Lom di Mapur Kabupaten Bangka juga menguak fakta bahwa masyarakat disana sudah turun temurun memasak Lempah Kuning dari leluhur. Sebagai masyarakat asli Bangka, bukti arkeologis juga mengungkapkan Lempah Kuning sudah diwariskan secara turun temurun.

Makna Lempah Kuning Sesungguhnya

Sehingga, penulis menyimpulkan bahwa Lempah Kuning tercipta dari akfititas penambangan timah oleh masyarakat Bangka ratusan abad lampau. Lempah Kuning terdiri atas racikan bumbu yang mudah ditemui di alam Bangka, seperti Kunyit, Terasi dan Cabai. Bumbu ini mudah ditemukan karna bisa tumbuh subur dimana saja. Terasi pun terbentuk karena faktor kemudahan mencari udang di laut. Ini pas dengan kondisi masyarakat Bangka yang dekat dengan laut. Sehingga jika anda berkunjung ke daerah Selatan Bangka dikenal dengan istilah “masakan tige bumbu”

Masyarakat penambang timah adalah tipe masyarakat yang berpindah-pindah sehingga jarang menetap pada suatu daerah untuk jangka waktu lama. Alhasil ini pun mempengaruhi cara mereka menanam bahan-bahan dimaksud. Tipe petani Bangka adalah khas Peladang berpindah-pindah, karena disesuaikan dengan aktifitas penambangan yang berpindah tadi. Berladang adalah pekerjaan sampingan karena pekerjaan sesungguhnya adalah menambang.

Sehingga hal ini pun dapat menjelaskan mengapa masakan Lempah Kuning tidak begitu sulit dan terkesan sederhana dalam pembuatannya. Ini pun berlaku untuk masakah kas Bangka Belitung lainnya seperti Lempah Darat itu.

Masakah berkuah (lempah) juga identik dengan upaya pembuatnya untuk memberi kehangatan para penambang yang sering berinteraksi dengan air. Para penambang yang berlama-lama di air karena aktifitas menggali tanah dan melimbang dengan berendam di air dapat membuat penambang terkena serangan dingin. Sehingga masakan berkuah yang dibuat secara cepat dan mudah membantu para penambang untuk hangat dan fit kembali. Unsur kunyit pun bermanfaat dalam menanggulangi kembung pada perut.

Unsur ikan pada masakan lempah kuning juga mengartikan bahwa pada masa itu, bahan dimaksud memang mudah ditemukan dalam hidup masyarakat penambang. Berbeda pada masyarakat agraris seperti di Jawa, yang mudah memelihara hewan ternak. Pada masyarakat Bangka, ikan ditemukan di aliran air sungai, dan tepi laut. Sehingga pada dasarnya Lempah Kuning identik dengan masakan berbahan dasar ikan.

Sehingga jangan heran terkadang ikan yang digunakan dimulai dari Lele Lokal (ikan Kelik), Kepuyu, Kelincah atau Baung yang mudah ditemukan di aliran sungai. Ini dapat diartikan bahwa budaya menggunakan ikan air tawar ini karena saat itu masyarakat menambang dekat dengan lokasi aliran sungai itu. Ini pun makin mengerucut pada hipotesis bahwa masakan lempah kuning sejatinya berbahan ikan air tawar.

Dan fakta menarik lainnya adalah pada penggunaan ubi atau ketela pada masakan lempah kuning adalah bukti bahwa memang lempah kuning berasal dari masyarakat penambang itu sendiri. Pada konteks aktifitas menambang yang banyak akfitifas fisik itu memakan waktu seharian penuh. Beras jarang ditemukan. Sehingga untuk memenuhi unsur karbohidrat, para penambang mencampur ubi langsung ke lempah dimaksud. Istilah paket two in one. Lauk pauk bercampur menjadi satu paket yang siap dinikmati secara cepat dan efisien.

Karna karakteristik penambang ini, maka beras yang ada pun berasal dari padi Darat (padi tadah hujan). Yang penanamnya sederhana dan cocok untuk karakter masyarakat penambang itu. Berbeda sekali lagi jika dibandingkan dengan karakter padi di Jawa atau daerah Sumatera lainnya.

Masakan Cepat Saji ala Bangka

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Lempah Kuning sebagai masakan khas Bangka Belitung sejatinya adalah masakan khas penambang sekaligus menyimbolkan “makanan cepat saji” ala Bangka ratusan tahun lalu, dengan tetap dengan mempertahankan kandungan gizi pada masakannya.

Penyematan cepat saji ini bukan bermaksud menyamakannnya dengan istilah cepat saji pada masakan KFC atau resto cepat saji masa kini, namun lebih kepada kecepatan dan kesederhanaan proses memasaknya itu. Adapun nilai gizi yang terkandung di dalamnya tentu saja jauh lebih banyak dibanding makan cepat saji masa kini.

Pun pada proses menyantap masakan Lempah Kuning akan selalu bersama-sama, sebab pada awalnya memang masakan ini disantap oleh para penambang yang berjumlah banyak itu. Menambang timah tetap membutuhkan grup terdiri dari beberapa orang agar proses penambang lebih mudah.

Jadi simbolisasi sebagai rasa kebersamaan dan kekeluargaan sangat pas dan cocok sekali disematkan pada konsep masakan dimaksud.

Pada perkembangan selanjutnya, masakan ini mulai dikreasikan dengan penggunaan ikan laut dan hewan ternak seperti ayam dan sapi lalu dipadu padankan dengan bumbu-bumbu lainnya.

Tentu saja hipotesa ini debatable dan perlu ditelusuri lebih lanjut. Terutama mengenai daerah pertama yang memulai penganan ini. Sebagai bagian budaya yang umum, Lempah kuning akan mudah ditemukan pada hampir di semua darah di Bangka Belitung, yang tentu saja memiliki cita rasa yang berbeda-beda.

Penggiat kuliner atau peneliti sosial budaya kiranya perlu mengexplore lebih lanjut soal Lempah Kuning ini dalam khazanah kuliner di Bangka Belitung.***

Posting Komentar untuk "Makanan khas bangka Belitung, Lempah Kuning Simbol dan Makna ala Cepat Saji"