Tips Foto Malam Hari dengan Lensa Kit (standar)
Foto
panggung umumnya berupa pemotretan solois, grup band atau seni pertunjukan
lainnya yang lagi beraksi di sebuah panggung. Umumnya gelaran ini pada malam
hari yang tentu saja pencahayaan pada objek bergantung pada lampu-lampu di atas
panggung. Ada macam-macam lampu dengan kekuatan yang bermacam pula. Namun pada
gelaran yang professional, setidaknya penataan lampunya sudah memadai dan
maksimal. Maksimal dalam arti kata, pencahayaan bisa diatur, focus cahaya bisa
disesuaikan, ada permainan warna-warna cahaya dsb.
Saya tidak
hendak membahas tentang lampu ini. Namun, saya ingin mencoba sharing tips
bagaimana memaksimalkan pemotretan aksi panggung dimaksud. Deskripsi tentang
lampu diatas sebagai pengantar bahwa, pencahayaan sangatlah penting dalam
kesuksesan eksekusi sang fotografer. Apalagi sang fotografer bermodal kamera
DSLR pemula dengan lensa kit. Adapun flash (lampu blits) dan lensa bukaan besar
belumlah ia miliki.
Lantas bagaimanakah memaksimalkan kamera sehingga didapat
hasil yang maksimal.
Naikkan ISO Kamera Anda
Berdasarkan
pengalaman pribadi, tips pertama adalah,
jangan ragu untuk menaikkan standar kepekatan cahaya (ISO) kamera anda,
pada foto-foto panggung ini saya gunakan ISO 1600. Kamera yang saya gunakan
adalah Nikon D90, sebuah kamera termasuk pemula akhir. Adapun lensa yang digunakan
adalah lensa kits D90 itu sendiri, 18-105 mm F 3,5-5,6. Saya tak menggunakan
Tripod ataupun Flash dalam foto-foto ini. So, hal yang saya lakukan adalah
menaikkan ISO, sehingga nanti kita tidak dibebankan urusan shutter speed
(kecepatan ranah). SS yang saya gunakan pada foto-foto ini berkisar pada 1/125.
ISO
yang tinggi akan menjamin speed yang tinggi. Kecepatan akan berpengaruh pada focus
(tajam) tidaknya hasil foto. Bayangkan jika anda gunakan ISO 400 atau 500, bisa
jadi SS akan berkisar pada 1/60 atau dibawah itu. Sementara itu, karena ramainya pengunjung,
saya terpaksa berjarak pada objek. Akibatnya, saya maksimal zoom pada 105.
Ukuran SS 1/125 tentu saja cukup untuk
imbangi zoom 105 dimaksud. Jadi, aturan umumnya adalah sesuaikan speed anda
dengan zoom lensa anda, samakan ukurannya atau lebihkan. Hal ini untuk
mendapatkan focus pada objek. Lain halnya anda gunakan tripod, hal ini tak
berlaku. Namun, pada objek bergerak penggunaan tripod kadang tak bermanfaat.
Handheld (kamera dipegang tangan) tetap lah utama dan fleksibel.
Gunakan Mode Manual
Saya menggunakan mode Manual. Ingat,
pemotretan malam hari sangatlah bergantung pada kepekaan kita pada kondisi di
lapangan. Jika menggunakan mode P atau Automatis, maka dijamin foto akan blur
(tidak tajam). Hal ini dikarenakan, mode tersebut mengukur cahaya (metering)
secara otomatis tanpa menghiraukan apakah kita menggunakan tripod atau pegang
tangan.
Kebanyakan
yang terjadi pada fotografer pemula adalah asal jepret dengan mode P atau
Automatic. Memang untuk cahaya yang berlimpah, misalnya pada siang hari, mode
dimaksud sangatlah tepat ketika digunakan. Namun, pada kondisi malam hari,
dengan lampu seadanya, mode Manual pilihan tepat. Kita bisa menyesuaikan
setting kamera dengan kondisi di lapangan tentunya dengan memperhatikan
peralatan dan perlengkapan (tripod atau flashlight) yang dimiliki. Singkatnya mode
M memungkinkan kita lakukan kustomisasi optimal demi hasil foto yang terbaik
diberikan kamera.
Pilihan Format File RAW
Berikutnya,
jangan lupa setting format file pada RAW,
hindari JPEG !. Pemotretan dengan ISO tinggi akan menyebabkan banyaknya noise
pada foto. Apalagi menggunakan format file JPEG, noise akan semakin
menjadi-jadi. Penggunaan file RAW akan membantu pada post processing nantinya.
Saya gunakan Lightroom CS5 untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas foto
mentah dimaksud. Penggunaan RAW berakibat file foto kaya akan jumlah piksel
foto yang diindikasikan dengan bit. Lebih lengkapnya bisa dibaca pada tautan
berikut, perbedaan RAW dan JPEG.
Pada
intinya, penggunakan RAW akan memungkinkan kita lakukan optimalisasi hasil foto
untuk kedua kalinya. Tidak ada yang salah ketika menggunakan fasilitas software
semacam Lightroom atau Adobe Photoshop. Sah-sah saja hal itu dilakukan,
bukankah teknologi membuat kita agar lebih mudah. Jangan terpengaruh pada norma
“one shoot one kill”. Norma itu berlaku pada zaman lalu, ketika jumlah tekan
shutter dibatasi jumlah film dan harga yang cukup mahal. Sehingga, prinsip
hemat itu seyogyanya dijadikan panutan. Namun kini, teknologi memungkinkan kita
bereksperimen lebih jauh. Ingat norma yang lain lagi, “untuk menjadi fotografer
yang bagus, rajin-rajinlah memotret”.
So,
optimalisasi lah hasil anda pada software. Editingnya tidak lah banyak-banyak,
ia cuma sebatas levelling, exposure, atau shadowing. Kadang juga mengurangi
noise atau menambah kerapatan keseimbangan warna (color balance). Setelah hal
itu dilakukan, boleh lah anda convert ke JPEG. Berikutnya, silahkan anda upload
atau simpan sebagai file pribadi.
Saya
rasa tiga hal utama itu yang penting untuk diketahui ketika memotret aksi
panggung. Adapun tips tambahan lainnya, bisa saja menggunakan mode Spot Meterring sebagai pilihan
pengukuran. Hal ini akan membantu kamera merekam keseimbangan cahaya hanya pada
titik fokus saja. Berikutnya, bisa jadi gunakan
zoom maksimal dari lensa anda, jika ukuran maksimal 55 mm, maksimalkan itu.
Sebab, pemotretan panggung ada jarak antara anda dan objek. Jika perlu
mendekatlah, jika bisa tentu saja. Pengaturan format kualitas foto semacam
kontras, sharp, atau saturasi boleh dicoba. Dalam contoh ini, saya gunakan mode
Vivid, dengan kustomisasi pada menurunkan kontras, menaikkan sharpen, dan
menaikkan juga saturasi. Pada prinsipnya tiga hal terakhir tidaklah utama,
sebab file RAW akan membantu anda lakukan perubahan pada tiga hal dimaksud.
Demikianlah,
dibawah ini contoh foto yang saya jepret pada konser musik di kampus tercinta.
Selamat berburu dan mencoba, salam jepret dari Bangka !
Posting Komentar untuk "Tips Foto Malam Hari dengan Lensa Kit (standar)"