Ingin jadi Jurnalis Online Beneran???
Banyak orang bilang ini
zaman semua warga masyarakat bisa menjadi produsen informasi. Sebab zaman kini
adalah masanya teknologi komunikasi berkembang dengan pesat dengan membawa
perubahan-perubahan sosial. Termasuk cara orang berkomunikasi, bagaimana
mengirimkan pesan ke orang lain.
Orang kini tak perlu lagi
menunggu pagi tiba, untuk dapat berita kemarin. Atau menunggu pada jam-jam
tertentu untuk dapat berita terbaru. Update berita dapat dengan mudah didapat
dalam hitungan detik.
Itu karena, computer dan
internet memainkan perannya. Meluaskan indera manusia hingga tanpa batas. Komputer
terhubung dengan internet memungkinkan anda melihat kondisi politik Suriah
dalam hitungan detik. Atau melihat tayangan langsung acara bola secara real
time melalui situs televisi gratis internet.
Kini, meski bukan seorang
wartawan konvensional yang jelas bekerja dibawah naungan institusi pers, kita dapat
menjadi seorang wartawan juga. Teknologi komunikasi memungkinkan kita sekali
lagi menjadi produsen informasi.
Media sosial dan jejaring
sosial bermunculan menawarkan sejumlah keistimewaan bagi person per person. Anda
tak lagi dibatasi wilayah atau waktu. Ruang dan waktu bukan pembatas namun
seolah tiada batas. Implikasi ideologisnya anda bisa menjadi egaliter dan
liberal sekaligus.
Dari blog, kita menjadi
pemberi informasi. Ragam informasi bermunculan dalam ragam blog yang jumlahnya
jutaan. Dari situs facebook dan twitter, kita menjadi pemberi sekaligus
penerima pesan singkat. Konsep interaktif dan feedback arus cepat jadi
indikator utama. Pesan pun tak kaku dan kerap berubah persepsi.
Kita kini memang telah
masuk dalam zaman informasi. Bukan lagi industri, namun manusia informasi. Siapa
yang tanggap dan cekatan dalam kemampuan informasi, dialah yang punya
kesempatan untuk maju pesat.
Implikasi negatifnya
tentu tak bisa diabaikan. Problem sosial semacam penipuan, fake dokumen, miss
leading informasi semakin menjadi-jadi. Ribuan
informasi tersebar di internet tak mesti pula ditelan mentah-mentah. Ada filterisasi,
ada seleksi. Ada pula keharusan triangulasi. Guna mencari kebenaran.
Setiap orang adalah
produsen informasi, ibaratnya buah simalakama pula. Ada orang yang memang
benar-benar mendedikasikan karyanya untuk informasi yang sehat dicapai dengan
pola yang sistematis dan benar. Juga yang tak kalah pentingnya orisinalitas.
Ada pula, mereka yang
golongan tak ingin susah-susah. Golongan ini adalah tipe klicker, bloking, copy
lalu paste informasi. Mengkopi informasi dari beragam sumber. Lalu menggandakannya
sebagai tulisan baru atau tulisan dengan link lengkap.
Saya secara khusus,
sangat menyayangkan golongan terakhir ini. Ada beberapa hal yang menyebabkan
kesedihan ini. Sekaligus apa yang semestinya dilakukan jika kita ingin menjadi
jurnalis online beneran?.
Pertama, budaya copy
paste (copas) pada dasarnya adalah menodai prinsip produsen informasi itu
sendiri. Produsen informasi tak jauh beda dengan jurnalis yang memang berkutat
pada kegiatan mencari dan mengola berita. Membuat sesuatu informasi baru. Kata kuncinya
budaya copas kontras dengan prinsip orisinalitas yang memang hakiki. Orisinalitas
adalah indikator utama kerja produsen informasi.
Kedua, prinsip content is
the king adalah benar adanya. Ia bukan semata aksesoris semacam jam digital,
atau variasi font dalam sebuah blog atau website. Buatlah yang benar-benar
bagus dan itu memang hasil dari anda sendiri. Ia murni tulisan anda.
Ketiga, prinsip
menyajikan kebenaran pada khalayak adalah kepastian. Bayangkan bila sumber
informasi anda gandakan saja lalu masukan dalam sebuah postingan baru. Tanpa ada
riset mendalam dan uji informasi. Kemudian di belakang hari, informasi tersebut
tidak benar. Bayangkan akibat dari kesalahan yang kita buat.
Terakhir, jika pun kita
masih menghargai sumber tulisan dengan mencantumkan nama penulis. Tetap saja,
kita tak boleh berlaku semena-mena
dengan menggadakan muatan konten hingga seratus persen. Bukankah prinsip
gandakan tulisan cuma pada beberapa paragraph saja dari sumber tulisan. Selebihnya,
adalah kreatifitas dan penalaran sendiri.
Meskipun nantinya
bertahan dengan prinsip itu, menggandakan seratus persen dan memberi atribusi
penulis asli, tetap saja harus menampilkan link aktif. Ketika pembaca mengklik
link itu ia akan diarahkan pada sumber aslinya. Link aktif perlu dan sangat
disarankan sebagai cara terakhir bagi anda produsen informasi yang memang baru
belajar.
Hakikatnya, perkembangan
teknologi komunikasi tak serta merta merubah prinsip dan kaidah mencari
informasi. Varian media boleh berbeda dan beragam. Namun, cara dan pola
jurnalistik tetaplah berlaku.
Bagi kita yang awam
mengenai kata jurnalistik, ada baiknya memulainya dengan menulislah secara
orisinal dulu. Kurangi budaya copas. Selanjutnya, lambat laun anda akan
menjelajahi dunia ini setapak demi setapak. (aksansanjaya)
Posting Komentar untuk "Ingin jadi Jurnalis Online Beneran???"