Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Nuklir perlu di BABEL?

Beberapa bulan ke belakang, orang Bangka ramai bicara tentang PLTN. Bagaimana memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi listrik baru.

Pemerintah daerah mendukung niatan ini. Maka datanglah pakar nuklir ke serumpun sebalai. Seminar dan even di gelar. Sosialisasi mengenai aman kah PLTN bagi masyarakat. Para pakar yang tentu saja terlatih ini memang sangat kredibel di bidangnya. Berasal dari Badan Atom Nasional, lulusan luar negeri khusus utak atik nuklir itu. berbicara panjang lebar, baik langsung atau via media lokal.

Tak kurang, tokoh pemuda dan masyarakat ikut dukung rencana strategis ini. PLTN harus menjadi contoh bagi provinsi lain. Rencana pula, pembangkit itu akan ditempatkan di sebuah pulau yang berjarak dengan pulau utama Bangka Belitung ini. Jadi aman nantinya kalau ada apa-apa.nah loh?

Untuk masyarakat sendiri, belum jelas apa setuju tidaknya?, karena belum ada yang bertanya langsung. Katakanlah ada pihak yang survey langsung. Sayangnya hingga sekarang belum ada. Yang ada cuma suara pejabat teras kita ini. Bercuap-cuap setuju.

Saya secara pribadi tidak mendukung langkah ini!. Alasannya tentu saja, tingkat resiko yang ada bila energi atom itu bergemuruh di sebelah rumah (dekat). Katakan saya termasuk katro dalam hal ini.

Namun, pernah kah kita bertanya apakah Nuklir perlu di Babel?,sebab ini pertanyaan mendasar. Mari kita berhitung,

Saat ini penduduk Babel berjumlah sekitar 1,5 Juta Jiwa. Sebentar lagi PLTU Batubara Air Anyer akan beroperasi dengan kapasitas 2x30 MW dan 2X6MW. Tahun 2013 dan 2016, bakal ada PLTU IPP S.Liat 2x30 MW dan PLTU Bangka New Bangka 2x30 MW. Untuk pulau Belitung, ada PLTU Suge, Desa Pegantungan, Kecamatan Badau Kabupaten Belitung serta PLTU Mempaya di Beltim.

Seperti dikutip dari Bangka Pos.com. Koordinator Project PLTU Suge, David Simarmata, menjelaskan, PLTU Suge terdiri dari dua unit pembangkit. Sesuai target, pembangkit Unit 1 selesai bulan Juni 2011, sedangkan unit 2 ditargetkan selesai sekitar dua bulan kemudian.

Menurutnya, daya maksimal PLTU Suge yakni 33 MW sudah terbilang besar untuk ukuran Pulau Belitung. Saat normal, daya yang dihasilkan berkisar 80 persen dari daya maksimal. Daya sebesar ini hampir dua kali lipat dari daya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Pilang yang saat ini melayani kebutuhan listrik bagi sebagian besar pelanggan PLN di Pulau Belitung.

Hitung-hitungannya pada tahun 2019 nanti, diperkirakan Babel akan punya 299,5 MW!. Setelah ditambah dengan pembangkit sewa dan swasta. Apakah masih kurang untuk penduduk yang sepersepuluh Jakarta itu???

Bangka Belitung adalah dua pulau, tidak terhubung dengan provinsi lain. Secara geografis, kita ibarat anak kecil yang asupan makanannya tentu berbeda dengan orang dewasa. Penambahan pembangkit listrik dimaksud sudah mencukupi. Lalu mengapa kita seolah tak percaya kepada PLN. Seandainya ditambah lagi, akan kemana listrik ini?.

Memang Korea dan Jepang tetangga terdekat kita menggunakan nuklir. Namun ini karena keterbatasan sumber daya. Lihatlah bumi kita, Indonesia, Batubara dan minyak bumi seakan tak habis-habisnya. Kita tidak bermasalah dengan supply bahan bakar.

Jadi perlu langkah bijaksana dalam perkara ini. Saya tak anti modern. Namun jangan sampai kita terlalu naïf. Jangan menjadi dapur untuk tuan rumah lain. Maksudnya, Babel jadi dapur energi saja. Sedangkan nanti, listriknya dinikmati oleh Jawa dan sekitarnya. Mudah-mudahan ini tidak terjadi.

Kan kita jadi berfikir, Para ahli dan resources banyak di Jawa, mengapa harus ke Babel. Meski alasannya Jawa rawan gempa. Makanya Babel cocok. Nah jelas kan, bumi laskar pelangi memang hendak jadi dapur energy.

Nuklir masuk dalam kebijakan Nasional, sobat. Sama seperti jalan raya. Yang bagus dan licin Cuma ada di Jawa saja. Kebijakan pusat jarang berpihak pada timur. Ini bukan kata saya, tapi kata Teras Narang, Gubernur Kalimantan.

Ketika SBY mempendingkan Babel Go Nuclear beberapa hari kemarin, saya rasa ini sikap yang bijaksana. Juga menjadi tanda untuk pause menggiring wacana Babel Go Nuclear tadi. Sekali lagi, bukan Babel go Nuclear saat ini, tapi Babel go Green,yang paling tepat. (aksansanjaya)


8 komentar untuk "Apakah Nuklir perlu di BABEL?"

Aan 16 Maret 2011 pukul 14.35 Hapus Komentar
"Saya secara pribadi tidak mendukung langkah ini!. Alasannya tentu saja, tingkat resiko yang ada bila energi atom itu bergemuruh di sebelah rumah (dekat). Katakan saya termasuk katro dalam hal ini." pada dataran itu ku sepandapat dengan Abang.

Dan bener juga kata Abang, yang sangat dibutuhkan Babel sekarang bukanlah Nuklir tapi penghijauan.

Toh buat apa nuklir mahal-mahal, kalau sebentar lagi pulaunya tenggelam.heheh (semoga tidak)
aksansanjaya 16 Maret 2011 pukul 15.29 Hapus Komentar
kalo lihat trend dari kawan2 muda di BABEL, sebagian besar menolak rencana ni.

mudah2 an sebatas wacana saja. karena cukup tambang yang bikin parah daratan kita. sudah cukup....

semoga aja da tenggelam an, pun kejadian, da kesian kek abg ngungsi kemane..haaaa
Aan 18 Maret 2011 pukul 08.51 Hapus Komentar
Hehahaaa, Abang mendingan; ku keluarga semua e diBangka tu la Bang.
Didi - Blogger Bangka 18 Maret 2011 pukul 17.44 Hapus Komentar
waduh, ni hot issue bang di bangka belitung sekarang.

Terkait rencana pemerintah pusat menjadikan sebagai kawasan pengembangan PLTN, didi sendiri berpikir kayaknya butuh pengkajian ulang yang lebih mendalam.

Kemampuan SDM + teknologi kite lom pacak disamekan ke di Jepang sane. Jadi perlu dipikirkan ulang atas dampak langsung ( zero toleransi efek ). cem tu la kire kire menurutku ...

hehe, jadi campur aduk bahasa e .
btw, nice posting bang. Salam sukses
Didi 18 Maret 2011 pukul 20.25 Hapus Komentar
ulasan bagus bang, like this !

salam hangat, keep share ...

ni ade ku ulas dikit, setelah baca posting bang aan (hehehe)

PLTN di Bangka Belitung?
bloggerbangka 1 April 2011 pukul 13.15 Hapus Komentar
satu sisi..pemerintah pengen babel bisa jadi pioner, penghasil energi...

tapi satu sisi, psikilogis masyarkat kite lum bisa terima..

ibarat a, ade orang ajak kite nyebrang sungai dimane banyak buaye a...bisa jadi aman..bisa2 juga...bahaya

padahal, di tepi laen, ade jembatan...

bukan permasalahan modern ato melek tekonologi, tapi pinter da pinter manfaatin sumber daya kite punya...

cuma pendapat ku bae...
Sita 17 September 2011 pukul 16.33 Hapus Komentar
selamat siang,

saya tertarik menjadikan topik nuklir di bangka belitung menjadi bahan skripsi saya.
boleh saya bertemu dengan anda?

Mohon bantuannya.
bloggerbangka 27 September 2011 pukul 15.10 Hapus Komentar
Sita, boleh sita, kontak saja alamat fb saya, kite Pm aja nanti, ditunggu