Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Balada WaitBod



A whiteboard (also known as a markerboard, dry-erase board, dry-wipe board or a pen-board, but not a greaseboard) is a name for any glossy surface, most commonly colored white, where non-permanent markings can be made. Whiteboards operate analogously to chalkboards in that they allow markings to temporarily adhere to the surface of the board. The popularity of whiteboards increased rapidly in the mid-1990s and they have become a fixture in many offices, meeting rooms, school classrooms, and other work environments.[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Whiteboard

Apabila menoleh ke belakang, aku tak melihat dinding beton kosong bercat putih kusam., pun ketika melewatinya, engkau diapit antara dia dan meja oval memanjang. Ruangan 5x5 meter ini adalah tempatnya tergantung erat berpaku beton dua buah.

Dulu untuk memakunya, diperlukan sejumlah paku besi, tak cukup dua. Sekali ketok, paku tersebut meliuk-liuk tak kuat menembus dinding beton. Kadang mereka terpelanting ke segala arah. Dulu aku sempat berfikir, ia bakal terjatuh sebab paku tak dalam menusuk. Tapi kini, ia tetap kokoh.

Beratnya lumayan, sendirian tak kuat mengangkatnya, bentuknya memanjang 2,5 m melebar 1,5 m membuatnya agak susah di_handle. Difigura bahan kayu motif coklat natural bealur-alur membuatnya khas seolah dikelilingi batang pohon. Figura tersebut membingkai triplek putih licin berbahan melamin.

White board ini hadir hampir dua tahun, tak kerasa bukan?, untuk menghadirkannya kedunia, harus melewati sejumlah langkah birokrasi. Bikin surat Pengajuannya, tanda tangan ketua suku, waktu tunggu,yang semuanya memakan waktu hampir 3 bulanan…jadilah ia mampang di bidang kosong dinding kantor ini.

Kini, setahun sudah coretan spidol melekat diatasnya…tak berdasar prinsip tata letak, tak bernuansa artistic, tak ada warna warni..hanya hitam legam memenuhi hingga tak tersisa ruang kosong---(Continued)




Posting Komentar untuk "Balada WaitBod"