Kenapa susah cari kerja di Bangka ?
gara-gara susah cari kerja jadi ngiret kaleng. foto-koleksi pribadi |
Pertanyaan
mendasar bagi angkatan muda di Bangka Belitung adalah bekerja apa dan dimana.
Angkatan muda yang saya maksudkan adalah mereka yang lulus Sekolah Menengah
Atas atau Perguruan Tinggi. Mereka adalah fresh
graduate dari puluhan SMA/SMK dan PT se Bangka, yang mengidamkan secepatnya
mengkaryakan diri.
Tiap
tahun diperkirakan ada ribuan SDM yang tersedia di Bangka Belitung. Bagi
lulusan SMA/SMK ada yang lanjut kuliah ke luar daerah, meskipun kita tidak
menutup mata, ada sebagiannya lagi yang lanjut kuliah di PT atau PTN di Bangka
Belitung. Mereka yang kuliah di Bangka Belitung akan menambah lagi jumlah SDM
potensial empat atau lima tahun kemudian.
Kemudian
bagaimana dengan alumni PT/PTN di Bangka belitung. Mereka ini kemudian akan
terpencar mencari lowongan kerja, berebutan antar mereka masing-masing.
Jangan
heran apabila, penerimaan Pegawai Negeri Sipil menjadi lowongan kerja yang
paling favorit. Jumlah kursinya bisa jadi satu sahaja, namun peminatnya
ratusan. Ini dari lokal saja, belum yang dari luar daerah.
Lowongan
PNS cuma sekali setahun. Itu pun, jika beruntung ada lowongan kerja, kalau
tidak, yah terpaksa gigit jari menanti keajaiban. Jika tak PNS, lowongan kerja
yang tersedia ada pada perusahaan pembiayaan (leasing) yang kemunculannya seperti jamur di musim penghujan itu.
Jika
pun tak dapat kerja di bidang diatas, para alumnus yang segar ini akan masih
punya kesempatan memperkayakan diri di jalur distribusi produk. Perusahaan
distributor, dari alat rumah tangga hingga alat berat cukup tersedia di Bangka
Belitung.
Bahkan
jika pun, bidang diatas, tak mampu memberi kerja, ada pekerjaan lainnya seperti
melimbang timah itu atau serabutan bekerja sebagai assisten penjual di
toko-toko baju milik pengusaha Tionghoa.
Bisa
saja, saat ini anda berada pada proses transisi, yakni alumnus yang masih
mencari kerja, ia pada dasarnya tak bekerja, namun tetap giat berusaha. Tiap
hari membuka lembaran koran, berharap menemukan iklan lowongan kerja yang
aduhai itu. Maksudnya, iklan yang ditampilkan di kolom, bukan baris itu. Iklan
di kolom biasanya iklan dari perusahaan bonafid, dan kemunculannya selalu
ditunggu-tunggu.
Bahkan
iklan lowongan kerja pun, di bangka Belitung anda menjadi orang yang berharap
menang lotere. Untuk sekedar melihat dan mengetahui ada lowongan kerja, banyak
para pemuda harapan bangsa kita menjadi terdramatisasi. Ada rasa deg-deg an di
dalamnya.
Paling
tragisnya adalah, jika saja anda tak bisa dapat kerja setelah lulus kuliah atau
sekolah menengah itu, anda akan berakhir menjadi pengangguran kelas berat.
Malam hari anda keluyuran, siang hari tidur tiduran. Kebanyakan begadang, dan
kadangkala lupa tanggal.
Pertanyaan
mendasarnya adalah, apakah masih ada lagi lowongan kerja yang memberikan
penghasilan yang lumayan dan mampu memberi jalur karir yang aduhai?. Saya rasa
sedikit sekali, selain menjadi PNS itu.
Bidang-bidang
kerja diatas selain PNS adalah potrait ekonomi provinsi kita yang
memprihatinkan. Miris sekali keadaannya, jika dibandingkan dengan Jawa
khususnya Jakarta itu. Setiap kali membuka koran, selalu ada saja daftar
lowongan kerja yang menggiurkan.
Sebut
saja, menjadi staff di perusahaan konsultan asing, tenaga IT di perusahaan BUMN
atau swasta besar nasional dan sebagainya. Yang jelas, lowongan kerja nya,
banyak pilihan dan beragam untuk beragam latar belakang pendidikan.
Gajinya
pun lumayan lengkap dengan tunjangan ala profesional, ditunjang jenjang karir
yang gemilang. Anda tinggal berusaha dan giat. Serta rajin bekerja, uang bisa
mengalir ke kantong anda di tempat ini.
Kondisi
saat ini tragis di tengah melambungnya ekonomi kita, yang katanya penghasil
timah terbesar di dunia. Yang konon katanya, mencari duit itu, tinggal cangkul
saja tanah di belakang rumah. Saking mudahnya !. Yang katanya juga, orang bisa
kaya mendadak gara-gara ketemu cadangan timah di kebun karet.
Harus
diakui, ada kesalahan mendasar pada pembangunan di bumi Serumpun Sebalai ini.
Saya tak mengerti apa jalan pikiran pejabat kita itu. hingga membiarkan masalah
ekonomi kita ini berjalan semu. Saya pikir, ada kekeliruan cara pandang kita
terhadap potrait ekonomi saat ini.
Pembangunan Instan
Sama
seperti kontes menyanyi yang populer beberapa tahun ini. Seseorang bisa
terkenal mendadak menjadi penyanyi lewat ajang kontes yang digelar singkat. Hal
yang sama, saya pikir apa yang dilakukan Pemerintah kita saat ini.
Pemerintah
kita dari tahun ketahun, selalu bergantung pada sektor tambang dan pertanian
homogen skala besar itu. Katanya ini investor yang bikin perut rakyat kita
terjamin dan hidup bisa sejahtera. Sektor tambang memang kasih fresh money yang
cepat dan instan.
Saya
tak bisa mengambil simpulan yang positif, apa dasar pemerintah kita tiap tahun
bergantung pada sektor timah. Sektor tambang yang akan habis untuk beberapa
tahun mendatang itu. Cadangan timah semakin menipis dan masyarakat pemodal
tambang kecil itu parno karena lahan tak tersedia.
Yang
terjadi, semakin banyak kebun yang akan tergadaikan karena di”kira” punya
cadangan timah. Semakin dalam pula, tanah pulau seupil ini ditambang. Karena
sekali lagi, “dikira” cadangan
timahnya semakin dalam dan dalam.
Laut
kita dikelilingi kapal keruk dan isap, yang tiap hari tak hentinya merusak
alam. Ikan-ikan kita kabur gara-gara terumbu karang rusak parah. Yang paling
menyedihkannya lagi, duit yang milyaran rupiah itu raib tak berbekas. Ia tak
nyangkut di rantai ekonomi kepulauan Bangka Belitung tercinta. Yang nyangkut
cuma remah-remahnya saja.
Jadi
kalau di katakan, ada ratusan milyar uang di Bank-bank Bangka Belitung itu,
yakinlah mereka tak akan lama hinggap. Ia cuma numpang lewat saja. Sebab, ia
bisa jadi ditransfer ke daerah seberang, atau disimpan dalam deposito tahunan.
Ia tak dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pinjaman-pinjaman usaha kreatif
itu. paling banter, ia dikeluarkan dalam bentuk pemodalan untuk ekonomi leasing
itu. Dan kita yang hasilkan duitnya, berpeluh keringkat, kita juga berpeluh
keringat dan darah untuk lunasi motor baru itu.
Apakah
saya harus menyalahkan pengusaha itu, dan beramai-ramai menyumpahi kegiatan
ekonomi yang mereka lakukan. Tidak, saya tidak akan menyalahkan mereka. Para
pengusaha tetaplah pengusaha dengan pola pikir untung rugi itu. mereka adalah
golongan yang “pintar” mengolah ketidakberdayaan dan lemahnya kebijakan
atau program
pembangunan provinsi ini.
Hingga
kini tak jelas apa arah pembangunan di provinsi ini, terutama Bangka. Seolah
tak punya fokus apa yang hendak dibangun, demi rakyat kita ini. Pejabat kita
itu gagah sekali dengan atribut
mahkota politik itu, namun
lemah dalam aksi nyata.
Pertama, pemerintah kita
gagal membuat program pembangunan andalan. Beberapa masa yang “silam”, saya
bahagia ketika mendengar pemprov gelar program pariwisata “Visit Babel Archi”.
Heboh dirayakan di Tanjung Pendam dan massif disemarakkan dimana-mana. Namun
selang waktu berlalu, ia tinggal kenangan, ia seperti judul lagi “peristiwa silam”
yang dinyanyikan pedanggdut Kristina.
Saya
berbinar kembali ketika
pemprov, bikin baligho besar di jalan, dengan kalimat “Mari Berkebun Sahang”
itu. Namun
sekali lagi, itu
juga masa yang silam. Ia tenggelam di dasar ingatan kita. Mari berkebun sahang,
ibarat Auman Singa yang tak bertaring.
Pemerintah
kita, apakah itu provinsi atau daerah tingkat II segerakan bikin satu program
andalan. Tidak usah banyak-banyak programnya. Cukup satu saja yang
diprogramkan. Didesain sekreatif mungkin lalu dilaksanakan dengan penuh
perhatian. Sertakan akademisi dan para profesional untuk ikut serta. Evaluasi
selama lima tahun, perbanyak anggarannya, prioritaskan program itu bagi dinas
atau
SKPD terkait.
Kedua, Pemerintah kita tak
becus bangun sarana dan prasarana utama industri. Sarana dan prasarana ini
menjadi kelayakan penting dalam membangun industri di Bangka Belitung. Contoh nyata, adalah terbengkalainya
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir itu. pemerintah kita
tak punya taring mem_push Perusahaan
Listrik Negara untuk segera menyelesaikan pembangunannya. Alhasil,
penantian
kita atas pasokan listrik yang berlimpah tak terpuaskan untuk jangka waktu yang
tak jelas.
Sarana
lainnya adalah, tiada pelabuhan utama provinsi yang potensial untuk
dikembangkan. Pelabuhan yang gampang untuk bersandar kapal-kapal besar. Tak
perlu tongkang penarik. Pelabuhan yang berskala internasional itu.
Atau,
kalau mau fenomenal, bangunlah jembatan penghubung antara Bangka dan Sumatera.
Pemerintah kita mesti berani ambil action. Wacana jembatan penghubung ini perlu
dikemukakan sekarang juga.
Ketiga, Pemerintah kita
lemah yakinkan investor industri massal untuk bangun pabrik di Bangka.Investor
yang datang ke Bangka adalah investor pengumpul bahan mentah saja. Mereka
datang hanya mengeksplorasi kekayaan alam, mengumpulkan lalu mengirimkan bahan
mentah ini ke luar daerah. Bahan mentah ini kemudian diolah di pabrik-pabrik di
kawasan industri besar di Jawa.
Ketika
berbicara investor pengumpul bahan mentah, tak banyak tenaga kerja yang
terserap, sebab ia minim proses produksi. Ia hanya memerlukan mesin-mesin besar
dan tongkang kapal itu saja. Kita menjadi penonton saja, ketika minyak mentah
itu dibawa keluar, atau batang timah ribuan ton itu diangkut ke Jakarta.
Alhasil, tiada industri yang berdiri di Bangka. Tiada tenaga kerja yang terserap. Minimnya industri timah atau pengolahan minyak goreng di Bangka jadikan kita seolah bulan-bulanan saja. Ribuan hektar tanah alih fungsi menjadi hutan sawithomogen, yang untuk 25 tahun kemudian akan tandus.
Keempat, lemahnya peraturan
daerah berikut unsur pengawasan itu. jadikan rakyat kecil korban exploitasi
sumber daya alam. Tiada peraturan yang lindungi kekayaan alam dan kearifan
lokal daerah. Peraturan daerah akan dapat melindungi hutan yang kaya ekosistem.
Itu juga dapat menjadi ajang jualan daerah.
Lihat
saja, Hutan wisata Namang Bangka Tengah. Pemerintahnya peduli pada hutan
pelawan itu. bukan Cuma madunya saja dapat dihasilkan, namun orang-orang sudah
mulai mengunjunginya. Ada kawan saya, fotografer luar negeri sengaja datang ke
Namang untuk foto burung di hutan itu.
Kelima, pemerintah kita mandul
kreatifitas dan inovasi. Maaf saja jika
teman-teman PNS yang berhati mulia dan profesional merasa tersinggung.
Kekesalan saya lebih ditujukan pada pemilik jabatan yang punya hak buat
kebijakan atau program.
Keprihatinan
saya lebih kepada Gubernur dan para Bupati kita ini. Yang tak jelas apa program
andalannya itu. Saya pikir mereka tak kreatif dan inovatif dalam menghadapi
perkembangan zaman.
Jadi
melihat lima point diatas, wajarlah jika kemudian, pemuda harapan bangsa kita
saat ini galau karena tiada kerjaan. Bingung pada fakta dunia nyata yang
berbeda dengan masa kuliah.
Jadi
jangan heran, ketika kuliah, dia bisa menjadi mahasiswa yang rajin dan pintar.
Namun di dunia kerja saat ini, yang miskin pilihan mereka terseok-seok seperti
habis berlari dua hari dua malam. Mereka menjadi sedih hatinya karena susah
sekali dapat kerja. Derita mereka adalah derita pulau ini
yang meringis-ringis dan kering air matanya.
Saya tak hendak mendiskusikan lebih lanjut, peranan
kewirausahaan dalam perkara mencari duit selain bekerja jadi karyawan. Soalan itu
bisa saya fokuskan panjang lebar dalam chapter
berikutnya. Saat ini, saya arahkan langsung kritikan saya pada pemangku jabatan
publik di negeri Laskar Pelangi ini. Kemajuan ekonomi semu saat ini jujur saja
membuai mata. Banyak yang tak sadar, akan jadi apa portrait ekonomi adik
perempuan kita atau sanak saudara bahkan teman ataupun mahasiswa kita nantinya
untuk sepuluh atau duapuluh tahun kemudian.
Kemandulan kreatifitas dan miskin inovasi dari otak
pejabat publik ini bisa membuat Serumpun Sebalai meniti papan rapuh kemudian
patah. (aksansanjaya)
2 komentar untuk "Kenapa susah cari kerja di Bangka ?"