Komfos, Tak Cukup Sekedar, untuk Jadi Besar
Tak terasa sudah empat tahun, Komunitas Fotografer Sungailiat (Komfos) hadir di kota Sungailiat. Didirikan pada 16 Januari 2010, direntang usia tersebut, telah banyak kegiatan yang telah dilakukan, apakah berbentuk sosial, pendidikan selain fotografi. Meskipun terbilang muda, namun semangat untuk makin berkarya tak padam dan terbukti pada awal tahun ini Komfos hadir dalam semangat baru lewat statement positioning, “Mandiri, Kreatif dan Berwawasan luas.”
Semangat
itulah yang coba ditularkan pada Sabtu (18/1) kemarin, lewat seremoni Milad Keempat Komfos. Bertempat di Sekretariat
baru di Ruko Air Ruai Sungailiat, Komfos peringati hari lahirnya dengan rangkaian
kegiatan sederhana namun bermakna, yakni Workshop dasar “portrait” untuk
pelajar tingkat SLTA se_Sungailiat dan Hunting bareng antar komunitas
fotografer yang ada di Bangka.
Taufiq
Hidayat selaku ketua Komfos, mengatakan bahwa momen Milad IV ini semacam starting point untuk membenahi diri
menuju peningkatan. Dimulai dengan melegalkan komunitas dengan mendaftarkan
secara hukum, lewat Akte
Notaris Yuli Kemala, SH, Sp.N nomor: 69
tanggal 24 Desember 2013. Lalu dilanjutkan dengan mendirikan unit usaha, Warung Komfos, Komfos Pro, dan Komfos Media.
Seolah menegaskan sebuah semangat yang tidak main-main.
Benar memang, ini tidak main-main. Sebab sebagai
sebuah komunitas, rasanya agak “berlebihan” ketika meluaskannya dalam wujud baru
ini, Komersialisasi. Sebuah entitas baru, profit dan bisnis. Sedang diluar
sana, awam cuma tahu komunitas tak lebih dari hura-hura sekedar pelepas hobi.
Dan benar tak bisa dipungkiri, bahwa Komfos dalam
empat tahun usianya, ternyata tak sekedar, kumpul dan jeprat-jepret. Ia tak bisa diprediksi sebelumnya, memainkan peran “berlebihan”_sekali
lagi, ketika terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan sosial, sekedar mengingat
ada, “Koin untuk Nadiva”, “Malam Amal Ragil”, “Malam Amal bersama Persatuan WartawanSungailiat (PWS)”. Komfos aktif juga beri Workshop dan Pelatihan dasar Fotografi,
di sejumlah SMK,SMA, Perguruan Tinggi di Sungailiat. Ditambah, ada seabrek kegiatan
utama semacam pameran foto dan hunting
bersama.
Setidaknya, dalam usia yang empat tahun itu, telah
banyak kegiatan yang digawangi Komfos. Usia yang terbilang belia tapi banyak
impian, kata orang Bangka, “Banyek Kenek”.
Sesuatu yang kemudian melahirkan persepsi yang beragam
baik dari masyarakat awam ataupun kalangan fotografer dari komunitas yang lain.
Ada yang mempersepsikan secara positif dan ada pula yang mempersepsikan secara
negatif. Ini pada dasarnya biasa dan wajar dalam dinamika kehidupan.
Saya ingin mengungkapkan kerja yang “berlebihan” itu
pada dasarnya terjadi dalam rangkaian yang aksidental. Tak terencana, namun
reaktif dan pas momentumnya. Ditambah, kesamaan pola pikir antar sejumlah
anggota yang buat sebuah kegiatan nyata. Ada semacam bumbu keberuntungan di
sini. Mungkin saja, diawal tak ada yang bisa sangka, sejauh ini Komfos
melangkah.
Saya tak hendak memuja muji Komfos, namun saya hanya
ingin merangkum peristiwa dan menangkap semangat dari rentetan peristiwa itu. Hingga
sampai pada tesis, bahwa tidak cukup cuma sekedar untuk jadi besar. Ada proses
dan kerja untuk sampai pada raihan diatas.
Terlepas dari hal positif itu, tentu tak bisa lengah
pada kelemahannnya. Ada soalan mendasar yang perlu dijaga atau diperbaiki. Diantaranya
bagaimana mempertahankan soliditas anggota termasuk yang paling utama. Bagaimana
menancapkan pengertian bersama, Komfos memang sekedar komunitas, namun ia
perlu dipelihara. Bagaimana menciptakan atmosfir organisasi yang asik
dan tidak monoton dan jauh dari kesan formal. Tetapi juga, berusaha membuatnya
teratur secara sehat. Bagaimana menciptakan iklim kebebasan bersuara yang sehat
dan positif. Serta bagaimana meluaskan
anggota, kaderisasi dan rekruitmen.
Juga tak kalah penting, mensinergikan semangat ini
dengan komunitas yang lain, pihak-pihak swasta lain, pers, organisasi massa
lain, insitusi pendidikan dan semacamnya.
Solusi atas soalan itu lalu menjadi kerja bersama. Mau
tidak mau, suka tidak suka, komunitas perlu pengurus, atau paling tidak “konsep
manajerial”. Masa kalah dengan Unit Kegiatan Mahasiswa yang sudah berani dengan
konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Saya pikir, terlalu naif,
mengharap hasil yang besar dari kerja sekedar.
Usia yang keempat tahun, syukur pada Tuhan Yang Maha
Kuasa, Komfos masih bisa menatap matahari pagi. Ia tak tenggelam atau meredup. Menginjak
usia ini, kita setidaknya masih dapat berharap, bahwa perahu ini masih
terkembang dan dapat mengarungi samudera luas.
Hidup memang tentang soal berjuang. Berjuang untuk
mencari nafkah. Berjuang untuk sehat. Berjuang menjadi orang berguna dan
sebagainya. Duduk manis, dan berteori serta melempar tanggung jawab pada yang
lain, itu bukanlah hidup. Ia hanya berusaha tetap ada saja. Just being exist not to live.
Tentu saja setiap orang bebas menentukan kapan dan berjuang
untuk apa. Tiada paksaan untuk berkarya di satu bidang saja. Lumrah dan begitu
adanya. Namun, mengingat kerja dan keterlibatan sejauh ini, rasanya sayang jika
komunitas yang telah dibesarkan, lalu karena ego ditinggalkan begitu saja. Hakikatnya,
dimanapun kita berada, pertanyaan mendasar semacam ini akan tetap ada, yakni
tentang Berjuang dan Memilih !. (Aksansanjaya)***
Posting Komentar untuk "Komfos, Tak Cukup Sekedar, untuk Jadi Besar"